Sebuah makam berusia 5.500 tahun yang mungkin milik seorang kepala suku Zaman Batu telah ditemukan di sebuah monumen megalitikum dan berbentuk sebuah kapal yang disebut Ale’s Stenar (Batu Ale).
Makam yang berada di Swedia tersebut tampaknya merupakan bebatuan yang diambil dari situs lain untuk digunakan membangun monumen kapal era Viking tersebut.
"Kami menemukan jejak — sebagian besar petunjuk — dari bebatuan besar," kata pimpinan arkeolog Bengst Soderberg dari Swedish National Heritage Board. "Saya yakin bahwa beberapa batu itu setidaknya, berdiri menyerupai kapal."
Berlokasi di tebing pantai desa Kaseberga, terdapat Ales Stenar yang juga disebut Batu Ale, yang terdiri dari 59 batu besar yang tersusun sepanjang 67 meter menyerupai sebuah kerangka kapal. Sebagian besar peneliti percaya, struktur kapal yang berusia 1.400 tahun itu adalah monumen pemakaman yang dibangun menjelang akhir Zaman Besi Swedia.
Menurut legenda, Raja Ale dimakamkan di bawah situs tersebut.
Megalitikum Ales Stenar yang beberapa di antaranya memiliki berat hingga 1.800 kilogram tersebut, memiliki potongan khas yang mirip dengan yang ditemukan di situs Zaman Batu. Jadi peneliti mulai bertanya-tanya, apakah batu-batu itu dicuri dari sebuah monumen yang usianya lebih tua, ungkap Soderberg kepada LiveScience.
Pada 2006 lalu, para arkeolog menggunakan sensor magnetik dan radar untuk memetakan medan tanah daerah tersebut dan menemukan struktur melingkar yang lebih besar dengan diameter sekitar 165m dengan sebuah persegi 20mx8m di bagian tengah.
Pekan lalu, tim peneliti akhirnya menggali sebuah parit kecil melalui pusat lingkaran tersebut dan menggali jejak batu-batu raksasa yang telah lama hilang. Meskipun mereka tidak menemukan kerangka, jejak yang tersisa menandakan bahwa situs tersebut merupakan sebuah ruang penguburan Neolitik yang disebut dolmen atau bebatuan tegak dengan beberapa batu horizontal di atasnya tempat jasad ditempatkan.
"Semua batu telah dipindahkan. Dan saya akan mengatakan, kemungkinan besar mereka berdiri 40 meter dari dolmen tempat bangunan berbentuk kapal tersebut berada," kata Soderberg.
Berdasarkan tata letak, dolmen tersebut mungkin berusia hingga 5.500 tahun — yang berarti mungkin lebih tua dari Stonehenge. Ruang pemakaman besar yang kemungkinan adalah lokasi jasad seorang kepala suku lokal atau kepala suku saat Era Neolitik, ujarnya. Karena hanya ada sedikit bukti dari luar lingkaran tersebut, para peneliti belum yakin untuk apa ruang tersebut digunakan atau apakah usianya setua dolmen tersebut.
Ribuan situs dolmen tersebar di seluruh daratan Skandinavia, meskipun peradaban yang selanjutnya mencuri banyak batu-batu itu untuk membangun gereja dan bangunan lain.
Berdasarkan tata letak, dolmen tersebut mungkin berusia hingga 5.500 tahun — yang berarti mungkin lebih tua dari Stonehenge. Ruang pemakaman besar yang kemungkinan adalah lokasi jasad seorang kepala suku lokal atau kepala suku saat Era Neolitik, ujarnya. Karena hanya ada sedikit bukti dari luar lingkaran tersebut, para peneliti belum yakin untuk apa ruang tersebut digunakan atau apakah usianya setua dolmen tersebut.
Ribuan situs dolmen tersebar di seluruh daratan Skandinavia, meskipun peradaban yang selanjutnya mencuri banyak batu-batu itu untuk membangun gereja dan bangunan lain.
Monumen batu raksasa tersebut menunjukkan bahwa bahkan nenek moyang orang Swedia dari Zaman Batu memiliki keturunan dan keabadian, kata Magnus Andersson dari Swedish National Heritage Board.
Makam baru tersebut juga menunjukkan bahwa tempat tertentu, dengan tebing mengagumkan yang menghadap ke Laut Baltik, telah mengilhami banyak generasi, ungkapnya.
"Tempat yang indah di tepi tebing pasti menarik banyak orang di seluruh zaman," katanya. "Ini menunjukkan bahwa orang-orang dalam jangka yang panjang membangun monumen mereka dan melakukan upacara mereka di situs yang sama."
Makam baru tersebut juga menunjukkan bahwa tempat tertentu, dengan tebing mengagumkan yang menghadap ke Laut Baltik, telah mengilhami banyak generasi, ungkapnya.
"Tempat yang indah di tepi tebing pasti menarik banyak orang di seluruh zaman," katanya. "Ini menunjukkan bahwa orang-orang dalam jangka yang panjang membangun monumen mereka dan melakukan upacara mereka di situs yang sama."